Wednesday, October 15, 2008

AKU MENYEBUT KAMU SAHABAT


AKU MENYEBUT KAMU SAHABAT

Orang yang berkenan di hati Allah ini memunyai hati untuk orang
lain. Anak Isai itu berdiri dengan kuat dan tegak dalam catatan
Kitab Suci sebagai satu sahabat yang benar dan setia. Hal ini masuk
akal, bukan? Dapatkah seseorang menyebut dirinya sahabat Allah jika
ia menolak persahabatan dengan orang lain? Jika sang Pencipta
merindukan makhluk pemberontak yang diciptakan menurut gambar-Nya
sendiri, dapatkah seseorang yang berjalan dengan Allah menyendiri
dari orang lain? Bukan perkara yang luar biasa bahwa orang yang
begitu dekat dengan Allahnya adalah juga orang yang sangat dekat
dengan orang-orang lain.

Kerinduan untuk Bersahabat

Dengan mengetahui hati saya sendiri, saya yakin bahwa semua orang
menginginkan persahabatan yang dalam, baik dengan orang lain maupun
dengan sekelompok kecil orang. Sesuatu di dalam manusia merindukan
sesama saudara -- satu saudara bagi siapa ia bersedia menyerahkan
nyawanya. Saya percaya Allah yang menaruh kerinduan semacam itu
dalam lubuk hati kita. Saya tidak tahu dengan kaum perempuan, tetapi
saya percaya banyak orang laki-laki memunyai kerinduan itu. Ada satu
kerinduan rahasia yang apabila keadaan menghendakinya, walaupun
manusia itu bersifat dosa dan mementingkan diri sendiri, orang akan
bersedia mengorbankan nyawanya bagi teman baiknya.

Tentu saja ini tidak menyamai persahabatan seorang laki-laki dengan
istrinya. Teman terbaik saya di dunia ini ialah Pat, istri saya.
Saya tidak akan menukarnya dengan sahabat siapa saja, laki-laki
maupun perempuan. Augustinus pernah mempelajari bahwa ketika Allah
melihat Adam kesepian, Ia tidak menciptakan sepuluh sahabat bagi
Adam, melainkan seorang istri. Tetapi meskipun demikian, walaupun
seorang istri adalah sahabat terdekat Anda, ada sesuatu kegelisahan
dalam hati seorang laki-laki yang berseru merindukan persahabatan
dan kepercayaan dari seorang laki-laki atau sekelompok orang lain.
Seseorang dengan siapa ia dapat melakukan perbuatan-perbuatan luar
biasa. Seseorang untuk menolongnya berjuang di dunia ini. Berhasil
atau gagal, menang atau kalah, banyak atau sedikit.

Barangkali itulah yang membuat kisah Daud dan Yonatan menggugah hati
orang. Mungkin itulah yang membuat bagian firman Allah tersebut
begitu menarik. Peradaban manusia tumbuh dan hancur, pasukan-pasukan
yang gagah berani timbul dan tenggelam, raja-raja yang berkuasa,
para pemimpin, dan kaisar dilupakan dalam lumpur masa lalu, tetapi
persahabatan Daud dan Yonatan -- setelah empat ribu tahun yang lalu
-- tetap memenangkan hati dan menaklukkan orang.

Sungguh suatu persahabatan yang istimewa. Bukan bahwa Yonatan adalah
satu-satunya sahabat Daud, tetapi karena kedua orang ini saling
mengasihi sampai akhir hayatnya.

Teladan Persahabatan

Kita telah mengenang kembali saat bersejarah sewaktu anak termuda
dari pemilik peternakan di Betlehem itu merobohkan Goliat dengan
sebutir batu dan memimpin orang Israel mengalahkan orang Filistin.
Tetapi ada sejumlah cerita kecil terhadap kisah mengalahkan Goliat
itu. Salah satu persahabatan yang paling berharga sepanjang zaman
dimulai pada hari itu juga.

"Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan
dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.
Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke
rumah ayahnya .... Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya dan
memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya,
panahnya, dan ikat pinggangnya. " (1 Samuel 18:1-2, 4)

Kedua orang ini, Daud dan Yonatan, dapat menjadi saingan yang berat.
Keduanya memunyai hak atas takhta Israel, Yonatan melalui kelahiran
dan Daud melalui urapan Samuel. Pada zaman itu, Anda tidak berusaha
menjatuhkan lawan politik Anda dengan jalan memasang alat pendengar
rahasia di kantor mereka, menyadap pembicaraan teleponnya, atau
melancarkan kampanye menentang kebijaksanaannya. Pada zaman itu,
Anda hanya berusaha membunuhnya dengan semua cara. Tetapi tidak
demikian dengan Daud dan Yonatan. Sedikit pun tidak ada persaingan
antara keduanya. Setelah Yonatan menyaksikan Daud membunuh andalan
musuhnya, anak Saul ini merasa jiwanya berpadu dengan jiwa Daud. Itu
merupakan perpaduan yang terjadi seketika dan tak dapat dipisahkan
lagi. Yonatan mengasihi Daud seperti dirinya sendiri.

Kemudian pangeran Israel ini melakukan sesuatu yang sangat di luar
dugaan, bahkan tak masuk akal. Di depan mata ayahnya yang raja, di
depan para panglima tentara Israel, di depan seluruh rakyat Israel,
Yonatan menanggalkan jubah kerajaannya, pedang, panah, dan ikat
pinggangnya yang menandainya sebagai pewaris takhta kerajaan, dan
meletakkan semuanya di depan kaki gembala yang muda usia itu.

Apakah Anda melihat pengertian yang tercantum dalam tindakan itu?
Barangkali Anda berpikir, "Hmm ..., isyarat baik. Ia memberikan
seperangkat baju baru kepada teman baiknya." Apa begitu?

Cobalah menggambarkan diri sendiri dalam situasi berikut ini.
Bayangkan Anda sedang mengunjungi kota London dan mendapat
kesempatan untuk melihat-lihat Istana Buckingham. Ketika Anda
mengikuti pramuwisata Anda melalui ruangan-ruangan yang disepuh
emas, Anda dengan senang terheran-heran melihat seluruh keluarga
raja dalam pakaian kebesaran berdiri di sebuah ruangan besar. "Hei!"
kata Anda. "Saya tidak tahu ini terjadi dengan perjalanan keliling
saya." Pramuwisata Anda berhenti, membiarkan setiap orang menerima
hal itu dengan gembira. Sewaktu Anda merogoh kamera dari tas Anda,
Anda melihat Pangeran Charles maju ke depan dan membisikkan sesuatu
kepada salah seorang pengawalnya. Tiba-tiba pengawal itu memanggil
Anda untuk datang dan berlutut di depan keluarga kerajaan. Hampir
pingsan Anda meninggalkan teman-teman Anda yang keheranan, dan
dengan terhuyung-huyung, Anda berjalan ke depan. Ketika Anda
berlutut, Pangeran Wales itu secara dramatis melangkah ke depan,
meneliti Anda sebentar, kemudian membuka jubah kerajaannya dan
mengenakannya ke pundak Anda. Sebelum Anda dapat memerbaiki napas
Anda, ia memasangkan cincin kerajaannya ke jari Anda, meletakkan
tongkat emasnya di tangan kanan Anda, dan mengenakan mahkotanya ke
kepala Anda.

Dapatkah Anda menggambarkannya? Kemudian barangkali Anda dapat mulai
mengerti betapa seluruh rakyat Israel sangat terkejut atas tindakan
simbolis dari Yonatan.

"Daud, sahabatku," Yonatan berkata, "inilah janjiku kepadamu. Bahkan
takhta kerajaan pun tidak dapat menghalangi kita!"

Sebaliknya daripada saling bersaing, kelihatannya mereka saling
meninggikan. Inilah arti persahabatan. Bila seorang laki-laki
mengasihi laki-laki lain atau seorang perempuan mengasihi perempuan
lain sedemikian rupa sampai mereka saling meninggikan yang lain,
bukan dirinya sendiri, inilah tanda suatu persahabatan sejati.

Kesetiaan Persahabatan

Persahabatan antara Daud dan Yonatan tumbuh dalam cahaya perayaan
kemenangan. Persahabatan itu menjadi kuat di bawah awan mendung iri
hati seorang raja dan intrik politik sewaktu senyum kesenangan Saul
berubah menjadi senyum kecurigaan. Hal itu tidak lama.

"Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah
mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari
segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan
menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria, dan dengan
membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi
berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh,
tetapi Daud berlaksa-laksa. " Lalu bangkitlah amarah Saul dengan
sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya:
"Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku
diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun
jatuh kepadanya." Sejak hari itu, Saul selalu mendengki Daud" (1
Samuel 18:6-9).

Perintah pun dikeluarkan. Daud, pahlawan yang cepat jadi itu menjadi
sasaran. Tidak perlu fotonya dipancangkan di kantor pos-kantor pos
sebagai orang yang dicari-cari. Semua orang sudah mengetahui, Saul
ingin menghabisi Daud selamanya, dan setiap orang di Israel yang
ingin mendapat kedudukan tinggi tanpa menempuh ujian lagi, tahu apa
yang harus dikerjakannya. Daud juga mungkin sudah menyulam sebuah
sasaran di belakang jubahnya.

Tetapi kemudian masuklah Yonatan. Mengetahui betul bahwa ayahnya
yang iri hati itu sungguh-sungguh ingin membunuh Daud, anak
laki-laki raja ini mengumpulkan segenap keberaniannya dan mencoba
membela sahabat barunya.

"Lalu Yonatan mengatakan yang baik tentang Daud kepada Saul,
ayahnya, katanya: "Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud,
hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terhadapmu; bukankah apa yang
diperbuatnya sangat baik bagimu." (1 Samuel 19:4)

Karena ayahnya adalah orang yang hatinya keras, pangeran ini
membicarakan kembali jasa Daud terhadap bangsa. "Ayah, ingatkah
bagaimana perasaan ayah pada hari itu ketika Daud mengatupkan mulut
besar Goliat? Ingatkah Ayah bagaimana kita kemudian
mencerai-beraikan orang Filistin seperti pemburu mengejar burung
puyuh? Oh, Ayah, ingatkah bahwa sesudah itu kita berpesta pora dan
bergembira ria? Dan sekarang Ayah berusaha menumpahkan darah hambamu
Daud? Orang yang menyanyi seperti malaikat dan memetik kecapi untuk
menyembuhkan sakit saraf Ayah? Pikirkanlah hal itu, Ayah! Itu tidak
akan berarti. Itu tidak masuk akal."

Maka Saul ingat dan menyesal. Tetapi sebentar saja. Raja yang iri
itu mudah melupakan jasa-jasa Daud. Sesudah menyesal sebentar, Saul
mulai lagi. Kali ini ketika Yonatan membela Daud lagi, nyaris ia
sendiri kehilangan nyawanya.

"Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan, katanya kepadanya:
'Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah
memilih pihak anak Isai, dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut
ibumu? Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi,
engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang
memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati.'" (1 Samuel
20:30-31)

Tatkala Yonatan mencoba berbicara lagi, Saul melemparkan tombaknya
kepadanya untuk membunuhnya jikalau Yonatan tidak cepat-cepat
menghindar. Sepanjang menyangkut keselamatan Daud, Yonatan tidak
memikirkan keselamatannya sendiri. Ia sepenuhnya bersedia membela
anak Isai itu di depan siapa pun -- bahkan sampai mati pun.

Kedua orang ini secara total saling berjanji bahwa barang siapa yang
tetap hidup dari keduanya dan berhasil menjadi raja, harus
memelihara keturunan yang lain. Bagaimanapun, Yonatan tidak
ragu-ragu lagi siapa yang akan naik takhta. Sekali waktu di kala
Daud bersembunyi di hutan, anak laki-laki Saul ini mencari
sahabatnya untuk memberi semangat kepadanya dan "menguatkan
tangannya di dalam Tuhan"..

"Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap
engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi
orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui
yang demikian itu." (1 Samuel 23:17)

Yonatan berkata, "Daud, semuanya akan beres. Kau dan aku. Kau yang
akan menjadi raja dan aku akan berdiri sebagai tangan kananmu, tidak
peduli bagaimana jadinya Israel. Tidakkah kau dapat melihatnya?"

Yonatan memiliki impian. Dalam rohnya, ia dapat melihat permulaan
kemuliaan Daud -- sebuah dinasti yang besar dan kekal. Dan Yonatan
tidak mau membiarkan keakuannya atau cita-cita pribadinya
menghalangi mimpi itu menjadi kenyataan. Daud harus naik takhta.
Yonatan dengan senang hati akan menyerahkan haknya dan bersedia
berdiri di sisi raja pilihan Allah itu. Bersedia menjadi yang nomor
dua. Bersedia membiarkan Allah meninggikan siapa yang
dikehendaki- Nya.

Betapa indahnya hal ini jika lebih banyak orang seperti Yonatan
dalam Tubuh Kristus. Persahabatan yang tidak terancam oleh egoistis.
Persahabatan yang tidak takut untuk berjanji. Persahabatan yang
tidak digoyahkan oleh tekanan, kesulitan, atau perubahan keadaan
secara mendadak. Persahabatan yang berbicara dari muka ke muka
atau pun dari sepuluh ribu mil jauhnya.

Bila kita berbicara tentang persahabatan atau "persekutuan" , kita
berbicara mengenai sesuatu yang berbeda dari ikatan persahabatan
yang dinikmati Daud dan Yonatan. Kita menarik garis batas yang tak
kelihatan di dalam persahabatan kita dengan berkata, "Sampai sejauh
ini saja. Saya akan menjadi sahabatmu sejauh itu tidak memerlukan
terlalu banyak pengorbananku. Saya akan menjadi sahabatmu, sejauh
itu tidak melibatkan janji yang terlalu berat. Saya akan menjadi
sahabatmu, sampai jarak, promosi, atau kesibukan memisahkan kita.
Saya akan menjadi sahabatmu sejauh hal itu enak, sejauh hal itu
tidak memalukan atau mengganggu gaya saya, sejauh hal itu
menyenangkan saya. Di luar itu, lupakan saja persahabatan ini."

Kita hidup dalam zaman yang berkata, "Anda hanya hidup satu kali
saja, Sahabat, maka rebutlah apa yang dapat Anda rebut. Carilah
teman, kawinlah dengan seorang istri, bangunlah sebuah rumah tangga
sampai hal itu kelihatannya mulai mengganggu kemajuan Anda,
singkirkan dan hapuskan mereka. Terutama, waspadalah dengan yang
lama berkuasa. Maka manfaatkanlah siapa saja yang dapat diperalat
untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Kemudian bila sudah dicapai
tujuan Anda, bilang saja selamat jalan kepada mereka."

Itulah macamnya dunia di mana kita hidup, sebuah dunia yang congkak
dan sombong di luarnya, tetapi remuk dengan kesepian dan kehausan di
dalamnya. Allah menciptakan di dalam kita kebutuhan akan tanggung
jawab dan jaminan dalam hubungan-hubungan kita; dalam hubungan kita
dengan Allah, dalam hubungan dengan keluarga, dan dalam hubungan
dengan sahabat. Pada titik di mana kita tetap benar terhadap
tanggung jawab dan janji kita, pada titik di mana kita bersedia
mengorbankan kepentingan kita yang terbesar untuk keuntungan hidup
orang lain, pada titik itu kita mendapatkan bahwa kerinduan yang
terdalam digenapi.

Yonatan dan Daud saling berjanji untuk memelihara keturunan
masing-masing seandainya sesuatu terjadi terhadap salah satu dari
mereka. Yonatan dapat berkata, "Daud, jika kau yang mati lebih
dahulu, jangan kuatir tentang keluargamu. Aku akan memelihara
keluargamu seperti keluargaku sendiri. Percayalah." Dan Daud pun
dapat berkata serupa.

Bagaimana dengan Anda? Bagaimana jika "sahabat terbaik" Anda
meninggal hari ini? Apa yang akan Anda lakukan? Mengirim kepada
istrinya sebuah kartu tanda ikut berdukacita seharga Rp. 750?
Mengirim karangan bunga yang akan layu dalam tempo tiga hari?
Singgah di rumahnya selama lima menit setiap enam bulan untuk
memberikan perhatian? Apakah artinya persahabatan itu bagi Anda?
Saya kuatir banyak di antara kita yang berkobar-kobar bila tiba
saatnya mengasihi dengan "kata-kata" saja, tetapi cepat bersembunyi
di balik pintu bila tiba saatnya mengasihi dengan "perbuatan dan
dalam kebenaran".

Betapa mulusnya kata-kata meluncur keluar dari mulut kita, "Saya
mengasihimu, Saudara. Saya mengasihimu, Saudari."; "Saya akan berdoa
bagimu."; "Saya senang dengan persekutuan dengan Anda." Sungguh?
Periksalah perkataan Anda mengenai "kasih dan janji" dengan sangat
hati-hati. Allah demikian. Suatu hari kita akan berdiri di depan
takhta Tuhan kita Yesus Kristus untuk "memertanggungjawab kan setiap
kata yang sia-sia" yang telah kita ucapkan (Matius 12:36).

Anda Adalah Sahabat Macam Apa?

Kerja Sama Persahabatan

Selama rangkaian pelayanan penginjilan ke seluruh dunia, saya
mendapat hak istimewa untuk bekerja dengan sekelompok orang. Kami
adalah orang-orang berdosa yang diselamatkan oleh anugerah Allah,
tetapi kami masih hidup bagi satu sama lain dan berdoa bagi satu
sama lain juga.

Sebagian dari anggota tim penginjilan kami tinggal sepuluh ribu mil
jauhnya di Argentina. Sebagian lagi di Meksiko, sebagian di
Guatemala, sebagian di Ekuador, dan yang lain di Chili. Tetapi bila
kami bertemu, kami saling merangkul dan senang bekerja sama
seolah-olah hanya dipisahkan beberapa minggu saja.

Sungguh indah bila sekelompok orang dapat bekerja sama seperti itu.
Saya memunyai sahabat-sahabat yang tidak pernah saya jumpai selama
berbulan-bulan, tetapi pada saat bertemu kembali, seolah-olah kami
baru berpisah hari Selasa yang lalu. Ada suatu rasa dekat yang
cepat. Daud dan Yonatan memunyai persahabatan semacam itu. Dan Anda
tahu, jika kita lebih menyerupai Yesus Kristus, dikuasai oleh
Roh-Nya yang tinggal di dalam kita, kita akan lebih seperti itu
kepada lebih banyak orang. Tidak terbatas pada satu atau dua orang,
melainkan dapat merangkul lebih banyak orang.

Meskipun Anda tidak dapat dekat dengan setiap orang karena waktu
tidak mengizinkan, tetapi Anda dapat memunyai sikap yang hangat,
mengasihi, dan baik budi. Saya ingin sekali menjadi orang seperti
itu. Tuhan Yesus dapat menjadikan kita orang semacam itu karena Ia
tinggal dalam kita (sebagai orang-orang percaya) dan Ia adalah
sahabat yang sempurna.

Amsal 18:24 menyatakan, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan,
tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara."
Sepanjang zaman, pengikut-pengikut sejati Yesus mengalami bahwa
Yesus adalah Sahabat yang lebih karib daripada saudara. Apakah Anda
sudah mengenal-Nya sebagai Sahabat Anda?

Beberapa tahun yang lalu, majalah Decision menulis sebuah cerita
mengenai dua orang misionaris laki-laki di Afrika sewaktu ada
pemberontakan Simba. Pada waktu itu, warga negara Amerika yang ada
di sana dijadikan sasaran kematian. Salah satu dari kedua misionaris
itu adalah seorang Inggris, yang jika mau, dengan mudah ia dapat
meloloskan diri dari serangan orang banyak dengan menunjukkan paspor
Inggrisnya. Tetapi sebaliknya, ia memilih untuk melindungi
misionaris Amerika yang menjadi sahabatnya dan sedang diancam maut
itu. Orang Inggris itu menyembunyikan paspornya dan berhasil berlaku
sebagai orang Amerika. Ketika orang-orang Simba datang untuk memukul
orang Amerika yang asli itu sampai mati, orang Inggris tadi
melemparkan dirinya ke atas temannya dan mati terbunuh.

Persahabatan, ini lebih daripada sekadar perasaan saja. Ini lebih
daripada sekadar tukar-menukar kartu Natal belaka. Yesus berkata,
"Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. " (Yohanes 15: 13).
Apakah Anda merupakan orang semacam itu? Ini hanya dapat terjadi
oleh karena Kristus.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Hati yang Berkenan kepada Allah
Penulis: Luis Palau
Penerbit: YAKIN, Surabaya 1981
Halaman: 105 -- 116

Sunday, October 12, 2008

SAHABAT SEJATI


         SAHABAT SEJATI

   

   Kata sahabat dapat didefinisikan sebagai "kedekatan seseorang akan
   yang lain karena kasih sayang, rasa hormat, atau saling menghargai;
   teman yang sangat inti". Yesus mendefinisikan persahabatan sebagai
   demikian: "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang
   Kuperintahkan kepadamu .... Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku
   telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar
   dari Bapa-Ku."

   Sahabat adalah seseorang tempat kita berbagi cerita dan yang tak
   pernah mengkhianati sebuah kepercayaan. Sahabat sejati tidak akan
   mengeluarkan kata-kata yang melukai hati kita. Jika kita mendengar
   sekelompok orang Kristen yang mencari-cari kesalahan orang Kristen
   lainnya, mungkin kita akan bertanya-tanya apa yang mereka katakan
   tentang kita bila kita tidak berada di depan mereka?

   Sahabat sejati adalah orang yang mengetahui segala sesuatu tentang
   kita dan mengasihi kita seutuhnya. Seorang anak muda menyebut
   sahabat semacam itu sebagai "seseorang yang selalu setia bersama
   Anda setelah ia menjadi teman Anda".

   Sahabat sejati adalah seseorang yang di hadapannya kita dapat tampil
   apa adanya tanpa takut terjadi kesalahpahaman. Ia bukanlah orang
   yang diam-diam membicarakan kita dengan orang lain, melainkan orang
   yang kepadanya kita dapat membuka rahasia hati, dengan keyakinan
   bahwa ia tidak akan mengkhianati kita. Sahabat seperti itu adalah
   Yesus, Pribadi sempurna yang menggenapi perkataan Salomo: "Seorang
   sahabat menaruh kasih setiap waktu."

   Sahabat seperti apakah Anda? [MRD]

   The kindest Friend I've ever had
   Is One I cannot see,
   Yet One in whom I can confide,
   Who loves and blesses me. -- Shuler

                 Sahabat terbaik adalah seperti Yesus;
                 mereka akan tetap setia bersama Anda.

Tuesday, October 7, 2008

HARGA SEORANG SAHABAT


HARGA SEORANG SAHABAT

SEORANG SAHABAT SEJATI ADALAH HARTA YANG LEBIH BERHARGA DARIPADA EMAS DAN BATU PERMATA ( C.D. PRENTICE)

Saturday, October 4, 2008

PANTI ASUHAN MEKAR LESTARI


PANTI ASUHAN ‘MEKAR LESTARI’
(Partisipasi dalam ‘Gerakan Sayang Kehidupan’/’Pro Life Movement’)
 
“Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan”
 
“Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan”(Rm 14:8), demikian kesaksian atau peringatan Paulus kepada umat di Roma. Apa yang dikatakan Paulus ini hemat saya juga harus menjadi keyakinan dan penghayatan bagi siapapun yang menyadari dan menghayati diri sebagai orang beriman. Kiranya tidak ada orang atau manusia di dunia ini menghendaki keberadaan dirinya, karena masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah  kerjasama dengan orangtua/bapak- ibu kita yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh. Persetubuhan atau hubungan seks antar suami-isteri, orangtua kita, laki-laki dan perempuan merupakan perwujudan atau konkretisasi hidup saling mengasihi dan ada kemungkinan berbuah kasih, yaitu anak manusia, antara lain kita semua. Janin atau embriyo yang tumbuh dan berkembang dalam rahim seorang perempuan atau ibu adalah ‘buah kasih’, maka juga sering disebut ‘yang terkasih’. Bapak-ibu/orangtua kita, suami-isteri menghayati atau melaksankan perintah Allah: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."(Kej 1:28)
 
Masing-masing dari kita adalah ‘yang terkasih’ dan dapat hidup, tumbuh dan berkembang seperti apa adanya saat ini hanya karena dan oleh kasih. “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”(1Yoh 4:7.16). Hidup saling mengasihi berarti ‘lahir dari Allah dan mengenal Allah’, Allah Pencipta, yang terus menerus berkarya menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan pada semua ciptaanNya, antara lain manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya.
 
Setiap manusia adalah ‘gambar dan citra Allah’, percaya pada dan mengasihi sesama manusia berarti mengasihi Allah, beriman kuat, teguh dan mendalam. Rasanya dalam diri anak kecil/bayi yang baru saja dilahirkan, yang masih suci, kita akan lebih mudah melihat dan mengimani bahwa manusia adalah ‘gambar atau citra Allah’. Dengan kata lain mengasihi Allah antara lain mengasihi bayi yang tumbuh berkembang dalam rahim perempuan/ibu dan yang dilahirkan dalam derita yang dijiwai oleh kasih. Tidak mengasihi bayi atau anak yang baru saja dilahirkan atau sedang tumbuh berkembang dalam rahim berarti tidak mengasihi Allah, mengingkari diri dan hidup berasal dari Allah dan sebagai anugerah Allah. Itulah yang terjadi atau dihayati oleh mereka yang melakukan aborsi maupun yang berpartisipasi untuk melakukan aborsi.
 
“Pada kenyataannya yang terdalam, cintakasih pada hakekatnya ialah anugerah. Cintakasih suami-isteri, sementara mengantar mereka kepada ‘pengertian’ timbal-balik yang menjadikan mereka ‘satu daging’, tidak berakhir pada pasangan sendiri, sebab menjadikan mereka mampu menyambut kurnia yang seagung mungkin: anugerah, yang menjadikan mereka rekan-rekan kerja Allah, untuk menyalurkan kehidupan kepada manusia baru. Begitulah pasangan, sementara saling menyerahkan diri, bukan hanya memberikan diri sendiri, melainkan juga kenyataan anak-anak, yang merupakan cerminan hidup cintakasih mereka, suatu tanda tetap persatuan suami-isteri, dan suatu sintese hidup dan tak terceraikan kenyataan mereka sebagai ayah dan ibu”
(Paus Yohanes Paulus II: Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik, 22 November 1981 no 14)     
 
Aborsi atau pengguguran kandungan berarti melawan Allah dan mengingkari kasih.
 
Jumlah aborsi di Indonesia sungguh mencekam dan memprihatinkan: 2,5 juta per tahun, berarti kurang lebih 7(tujuh) per hari (lihat kutipan dibawah ini). Jumlah ini katanya dua kaliu lipat dari jumlah aborsi yang terjadi di Amerika Serikat, dan kiranya juga melebihi jumlah korban perang maupun kecelakaan-kecelaka an serta bencana alam yang terjadi. Maka tidak mengherankan bahwa kemerosotan moral terjadi hampir di semua bidang, dalam berbagai jenjang usia, aneka jabatan, fungsi dan kedudukan.
 
2,5 juta aborsi haram dilakukan setiap tahun di Indonesia
Monday, 25 February, 2008, 01:53 AM Doha Time

”JAKARTA: Setidaknya 2,5 juta aborsi haram dilakukan setiap tahun di Indonesia, meskipun praktek aborsi dianggap melanggar hukum di negara yang mayoritas Muslim ini, demikian laporan pemerintah kemaren. Angka ini tidak termasuk aborsi tanpa bantuan medis, demikian yang dikutip wartawan Uddin dari seorang profesor di Universitas YARSI di Jakarta, untuk kantor berita Antara. Uddin menyatakan bahwa riset yang dilakukan di fasilitas2 medis menunjukkan bahwa praktek aborsi haram perlu diamati secara serius oleh pihak Pemerintah dan masyarakat. Riset yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa 20 sampai 60% aborsi di Indonesia merupakan aborsi yang sengaja dilakukan dan 50% kasus terjadi di daerah kota, demikian tambahnya.Di daerah kota, 70% kasus aborsi dilakukan diam2 oleh tenaga medis, sedangkan di daerah luar kota, 84% kasus dilakukan dukun beranak, kata Uddin. Kebanyakan para wanita yang melakukan aborsi berusia sekitar 20-29 tahun, katanya. Alasan aborsi antara lain adalah hamil gara2 diperkosa, deteksi cacat genetik pada janin bayi, dan keadaan sosial ekonomi”. (dari: http://www.indonesi a.faithfreedom. org/forum/)
 
Jika orang tega membunuh atau menyingkirkan janin atau bayi yang suci dan sangat lemah tersebut, maka saya yakin bahwa yang bersangkutan setiap kali menghadapi kesulitan atau tantangan dan hambatan alias apa yang tidak sesuai dengan keinginan atau selera pribadi, yang bersangkutan dengan mudah marah-marah, membenci dan memusuhi, bahkan menghabisi. Yang bersangkutan lebih dijiwai atau dihidupi oleh roh jahat/setan daripada roh baik/Roh Kudus, yang membuahkan tindakan atau perilaku antara lain:”percabulan, kecemaran, hawa nafsu,: penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya”(Gal 5:19-21)  
 
Gerakan Sayang Kehidupan/’Pro Life movement’ = partisipasi dalam Penyelenggaraan Ilahi, Allah yang mengasihi.
 
Hidup sebagai anugerah atau kado dari Allah harus kita syukuri dan kasihi. Dengan kata lain kita harus hidup dijiwai oleh roh baik/Roh Kudus yang membuahkan perilaku atau keutamaan-keutamaan “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23) . Karena masing-masing dari kita adalah yang terkasih atau kasih, yang diciptakan, dikandung, dilahirkan dan dibesarkan dalam dan oleh keutamaan-keutamaan tersebut, maka setiap kali terjadi perjumpaan antar manusia berarti perjumpaan kasih, sehingga otomatis saling mengasihi, apalagi manusia yang masih suci murni seperi bayi yang baru saja dilahirkan atau masih tumbuh berkembang dalam rahim ibu/perempuan.
 
Yayasan Rumpun Lestari yang menaungi atau menjadi pelindung ‘Panti Asuhan Mekar Lestari’ merupakan bagian kecil dari Gerakan Sayang Kehidupan. Sesuai dengan ‘nama’ yang dikenakannya, yaitu ‘lestari’ yang antara lain berarti abadi, maka Yayasan dan Panti Asuhan memiliki visi-misi untuk menjadi ‘rumpun atau rumah hidup (abadi) yang terus mekar atau tumbuh berkembang. Secara phisik kiranya yayasan dan panti asuhan lahir dari kerinduan dan harapan untuk mengabadikan dan menumbuh-kembangkan hidup sebagai anugerah Tuhan, mulai apa adanya dan saat ini telah memiliki gedung dan sarana-prasarana layak berkat atau karena kasih dari mereka yang tergerak untuk berpartisipasi mengabadikan hidup yang dianugerahkan oleh Tuhan.
 
“Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”(Fil 1:6). Seruan Paulus kepada umat di Filipi ini kiranya layak dikenakan dan dihayati oleh para pengurus, pengelola maupun pemerhati Gerakan Sayang Kehidupan, antara lain Yayasan Rumpun Lestari dan Panti Asuhan Mekar Lestari. Percayalah bahwa Tuhan yang telah memulai karya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini akan membekali atau menganugerahi  apa dibutuhkan oleh anak-anak atau bayi yang diserahkan kepada kita, yayasan atau panti asuhan. Percayalah bahwa di dunia ini, di kota metropolitan Jakarta ini lebih banyak orang baik daripada orang jahat, lebih banyak orang yang dijiwai oleh Roh Kudus daripada setan.
 
Sapaan atau seruan Paulus kepada umat di Filipi tersebut kiranya juga dikenakan bagi siapapun yang mengakui diri sebagai orang beriman. Sadari dan hayati bahwa aneka macam apa yang baik dalam diri kita maupun kita miliki dan kuasai merupakan karya atau anugerah Tuhan. Perkembangan dan pertumbuhan pribadi kita merupakan karya Tuhan, dan Ia akan terus menerus berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini sampai kita mati atau dipanggil Tuhan. Anugerah Tuhan bagi kita, entah hidup, kekayaan, ketrampilan, kecerdasan, ketampanan atau kecantikan, pangkat, kedudukan atau jabatan dst.,dianugerahkan kepada kita agar kita semakin manusia dan mempersembahkan diri kepada Yang Ilahi. “Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan  jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan” (St.Ignatius Loyola, LR no 23)
 
Marilah pujian, hormat dan pengabdian atau pelayanan kita kepada Tuhan kita wujudkan atau konkretkan dalam pujian, hormat dan pengabdian atau pelayanan pada sesama manusia, lebih-lebih pada anak-anak. "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar."(Luk 9:48). Marilah kita sambut anak-anak, antara lain anak atau bayi yang dititipkan, diasuh dan dilayani oleh Panti Asuhan Mekar Lestari, yang kecil ini. Karena anak-anak atau bayi , ‘yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar’, maka selayaknya kita sambut anak-anak dan bayi-bayi sebagaimana kita menyambut orang penting, terkenal atau terbesar dalam hidup bersama di masyarakat, bangsa atau Negara. Kita kasihi mereka dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap tubuh/harta benda/uang alias dengan kasih sepenuhnya. Hidup mengasihi harus berani ‘boros waktu dan tenaga/harta benda/uang’ bagi yang dikasihi. Boroskan waktu dan tenaga atau harta benda/uang bagi anak-anak, dan jangan lupa pada anak-anak yang kurang kasih sayang ataupun perhatian seperti mereka yang miskin dan berkekurangan atau yang tinggal dan dititipkan untuk sementara di panti asuhan, antara lain ‘Panti Asuhan Mekar Lestari’ .  
 
Jakarta , 31 Juli 2008
Ign.Sumarya SJ /Pembina dan Moderator Yayasan Rumpun Lestari
(catatan di atas disampaikan dalam rangka acara “Charity Day”, Sabtu, 2 Juli 2008
 
 
 
 
Catatan:
Data  bayi dan anak yang berada dan pernah diasuh di Panti Asuhan Mekarlestari:
-         80 anak telah berhasil kembali ke orangtua/keluargany a
-         80 anak saat ini masih dalam asuhan Panti Asuhan dengan rincian:
1)      40 anak berusia 3 hari s/d  1 tahun 
2)      20 anak berusia 2 s/d 3 tahun
3)      20 anak berusia 4 s/d 5 tahun
( 10 anak yatim piatu, 20 anak masih dikunjungi oleh ibu kandungnya, 50 anak masih belum terlacak keluarganya)
 
Alamat Panti Asuhan Mekarlestari:
Commercial III Blok B1 no 1-1A
Bumi Serpong Damai, Tangerang 15330
Tilp 021 5315 3088 , Fax 021 5315 3089
 
Partiipasi kasih anda dapat disalurkan melalui:
Biaya operasional: Yayasan Rumpun Lestari
                                BCA Cab Kebayoran Lama
                                Acc 248 300 5008
Biaya pendidikan:  Yayasan Rumpun Lestari  
                                BCA Cab Kebayoran Lama
                                Acc 248 301 5003