Wednesday, October 15, 2008

AKU MENYEBUT KAMU SAHABAT


AKU MENYEBUT KAMU SAHABAT

Orang yang berkenan di hati Allah ini memunyai hati untuk orang
lain. Anak Isai itu berdiri dengan kuat dan tegak dalam catatan
Kitab Suci sebagai satu sahabat yang benar dan setia. Hal ini masuk
akal, bukan? Dapatkah seseorang menyebut dirinya sahabat Allah jika
ia menolak persahabatan dengan orang lain? Jika sang Pencipta
merindukan makhluk pemberontak yang diciptakan menurut gambar-Nya
sendiri, dapatkah seseorang yang berjalan dengan Allah menyendiri
dari orang lain? Bukan perkara yang luar biasa bahwa orang yang
begitu dekat dengan Allahnya adalah juga orang yang sangat dekat
dengan orang-orang lain.

Kerinduan untuk Bersahabat

Dengan mengetahui hati saya sendiri, saya yakin bahwa semua orang
menginginkan persahabatan yang dalam, baik dengan orang lain maupun
dengan sekelompok kecil orang. Sesuatu di dalam manusia merindukan
sesama saudara -- satu saudara bagi siapa ia bersedia menyerahkan
nyawanya. Saya percaya Allah yang menaruh kerinduan semacam itu
dalam lubuk hati kita. Saya tidak tahu dengan kaum perempuan, tetapi
saya percaya banyak orang laki-laki memunyai kerinduan itu. Ada satu
kerinduan rahasia yang apabila keadaan menghendakinya, walaupun
manusia itu bersifat dosa dan mementingkan diri sendiri, orang akan
bersedia mengorbankan nyawanya bagi teman baiknya.

Tentu saja ini tidak menyamai persahabatan seorang laki-laki dengan
istrinya. Teman terbaik saya di dunia ini ialah Pat, istri saya.
Saya tidak akan menukarnya dengan sahabat siapa saja, laki-laki
maupun perempuan. Augustinus pernah mempelajari bahwa ketika Allah
melihat Adam kesepian, Ia tidak menciptakan sepuluh sahabat bagi
Adam, melainkan seorang istri. Tetapi meskipun demikian, walaupun
seorang istri adalah sahabat terdekat Anda, ada sesuatu kegelisahan
dalam hati seorang laki-laki yang berseru merindukan persahabatan
dan kepercayaan dari seorang laki-laki atau sekelompok orang lain.
Seseorang dengan siapa ia dapat melakukan perbuatan-perbuatan luar
biasa. Seseorang untuk menolongnya berjuang di dunia ini. Berhasil
atau gagal, menang atau kalah, banyak atau sedikit.

Barangkali itulah yang membuat kisah Daud dan Yonatan menggugah hati
orang. Mungkin itulah yang membuat bagian firman Allah tersebut
begitu menarik. Peradaban manusia tumbuh dan hancur, pasukan-pasukan
yang gagah berani timbul dan tenggelam, raja-raja yang berkuasa,
para pemimpin, dan kaisar dilupakan dalam lumpur masa lalu, tetapi
persahabatan Daud dan Yonatan -- setelah empat ribu tahun yang lalu
-- tetap memenangkan hati dan menaklukkan orang.

Sungguh suatu persahabatan yang istimewa. Bukan bahwa Yonatan adalah
satu-satunya sahabat Daud, tetapi karena kedua orang ini saling
mengasihi sampai akhir hayatnya.

Teladan Persahabatan

Kita telah mengenang kembali saat bersejarah sewaktu anak termuda
dari pemilik peternakan di Betlehem itu merobohkan Goliat dengan
sebutir batu dan memimpin orang Israel mengalahkan orang Filistin.
Tetapi ada sejumlah cerita kecil terhadap kisah mengalahkan Goliat
itu. Salah satu persahabatan yang paling berharga sepanjang zaman
dimulai pada hari itu juga.

"Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan
dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.
Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke
rumah ayahnya .... Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya dan
memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya,
panahnya, dan ikat pinggangnya. " (1 Samuel 18:1-2, 4)

Kedua orang ini, Daud dan Yonatan, dapat menjadi saingan yang berat.
Keduanya memunyai hak atas takhta Israel, Yonatan melalui kelahiran
dan Daud melalui urapan Samuel. Pada zaman itu, Anda tidak berusaha
menjatuhkan lawan politik Anda dengan jalan memasang alat pendengar
rahasia di kantor mereka, menyadap pembicaraan teleponnya, atau
melancarkan kampanye menentang kebijaksanaannya. Pada zaman itu,
Anda hanya berusaha membunuhnya dengan semua cara. Tetapi tidak
demikian dengan Daud dan Yonatan. Sedikit pun tidak ada persaingan
antara keduanya. Setelah Yonatan menyaksikan Daud membunuh andalan
musuhnya, anak Saul ini merasa jiwanya berpadu dengan jiwa Daud. Itu
merupakan perpaduan yang terjadi seketika dan tak dapat dipisahkan
lagi. Yonatan mengasihi Daud seperti dirinya sendiri.

Kemudian pangeran Israel ini melakukan sesuatu yang sangat di luar
dugaan, bahkan tak masuk akal. Di depan mata ayahnya yang raja, di
depan para panglima tentara Israel, di depan seluruh rakyat Israel,
Yonatan menanggalkan jubah kerajaannya, pedang, panah, dan ikat
pinggangnya yang menandainya sebagai pewaris takhta kerajaan, dan
meletakkan semuanya di depan kaki gembala yang muda usia itu.

Apakah Anda melihat pengertian yang tercantum dalam tindakan itu?
Barangkali Anda berpikir, "Hmm ..., isyarat baik. Ia memberikan
seperangkat baju baru kepada teman baiknya." Apa begitu?

Cobalah menggambarkan diri sendiri dalam situasi berikut ini.
Bayangkan Anda sedang mengunjungi kota London dan mendapat
kesempatan untuk melihat-lihat Istana Buckingham. Ketika Anda
mengikuti pramuwisata Anda melalui ruangan-ruangan yang disepuh
emas, Anda dengan senang terheran-heran melihat seluruh keluarga
raja dalam pakaian kebesaran berdiri di sebuah ruangan besar. "Hei!"
kata Anda. "Saya tidak tahu ini terjadi dengan perjalanan keliling
saya." Pramuwisata Anda berhenti, membiarkan setiap orang menerima
hal itu dengan gembira. Sewaktu Anda merogoh kamera dari tas Anda,
Anda melihat Pangeran Charles maju ke depan dan membisikkan sesuatu
kepada salah seorang pengawalnya. Tiba-tiba pengawal itu memanggil
Anda untuk datang dan berlutut di depan keluarga kerajaan. Hampir
pingsan Anda meninggalkan teman-teman Anda yang keheranan, dan
dengan terhuyung-huyung, Anda berjalan ke depan. Ketika Anda
berlutut, Pangeran Wales itu secara dramatis melangkah ke depan,
meneliti Anda sebentar, kemudian membuka jubah kerajaannya dan
mengenakannya ke pundak Anda. Sebelum Anda dapat memerbaiki napas
Anda, ia memasangkan cincin kerajaannya ke jari Anda, meletakkan
tongkat emasnya di tangan kanan Anda, dan mengenakan mahkotanya ke
kepala Anda.

Dapatkah Anda menggambarkannya? Kemudian barangkali Anda dapat mulai
mengerti betapa seluruh rakyat Israel sangat terkejut atas tindakan
simbolis dari Yonatan.

"Daud, sahabatku," Yonatan berkata, "inilah janjiku kepadamu. Bahkan
takhta kerajaan pun tidak dapat menghalangi kita!"

Sebaliknya daripada saling bersaing, kelihatannya mereka saling
meninggikan. Inilah arti persahabatan. Bila seorang laki-laki
mengasihi laki-laki lain atau seorang perempuan mengasihi perempuan
lain sedemikian rupa sampai mereka saling meninggikan yang lain,
bukan dirinya sendiri, inilah tanda suatu persahabatan sejati.

Kesetiaan Persahabatan

Persahabatan antara Daud dan Yonatan tumbuh dalam cahaya perayaan
kemenangan. Persahabatan itu menjadi kuat di bawah awan mendung iri
hati seorang raja dan intrik politik sewaktu senyum kesenangan Saul
berubah menjadi senyum kecurigaan. Hal itu tidak lama.

"Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah
mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari
segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan
menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria, dan dengan
membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi
berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh,
tetapi Daud berlaksa-laksa. " Lalu bangkitlah amarah Saul dengan
sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya:
"Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku
diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun
jatuh kepadanya." Sejak hari itu, Saul selalu mendengki Daud" (1
Samuel 18:6-9).

Perintah pun dikeluarkan. Daud, pahlawan yang cepat jadi itu menjadi
sasaran. Tidak perlu fotonya dipancangkan di kantor pos-kantor pos
sebagai orang yang dicari-cari. Semua orang sudah mengetahui, Saul
ingin menghabisi Daud selamanya, dan setiap orang di Israel yang
ingin mendapat kedudukan tinggi tanpa menempuh ujian lagi, tahu apa
yang harus dikerjakannya. Daud juga mungkin sudah menyulam sebuah
sasaran di belakang jubahnya.

Tetapi kemudian masuklah Yonatan. Mengetahui betul bahwa ayahnya
yang iri hati itu sungguh-sungguh ingin membunuh Daud, anak
laki-laki raja ini mengumpulkan segenap keberaniannya dan mencoba
membela sahabat barunya.

"Lalu Yonatan mengatakan yang baik tentang Daud kepada Saul,
ayahnya, katanya: "Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud,
hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terhadapmu; bukankah apa yang
diperbuatnya sangat baik bagimu." (1 Samuel 19:4)

Karena ayahnya adalah orang yang hatinya keras, pangeran ini
membicarakan kembali jasa Daud terhadap bangsa. "Ayah, ingatkah
bagaimana perasaan ayah pada hari itu ketika Daud mengatupkan mulut
besar Goliat? Ingatkah Ayah bagaimana kita kemudian
mencerai-beraikan orang Filistin seperti pemburu mengejar burung
puyuh? Oh, Ayah, ingatkah bahwa sesudah itu kita berpesta pora dan
bergembira ria? Dan sekarang Ayah berusaha menumpahkan darah hambamu
Daud? Orang yang menyanyi seperti malaikat dan memetik kecapi untuk
menyembuhkan sakit saraf Ayah? Pikirkanlah hal itu, Ayah! Itu tidak
akan berarti. Itu tidak masuk akal."

Maka Saul ingat dan menyesal. Tetapi sebentar saja. Raja yang iri
itu mudah melupakan jasa-jasa Daud. Sesudah menyesal sebentar, Saul
mulai lagi. Kali ini ketika Yonatan membela Daud lagi, nyaris ia
sendiri kehilangan nyawanya.

"Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan, katanya kepadanya:
'Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah
memilih pihak anak Isai, dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut
ibumu? Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi,
engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang
memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati.'" (1 Samuel
20:30-31)

Tatkala Yonatan mencoba berbicara lagi, Saul melemparkan tombaknya
kepadanya untuk membunuhnya jikalau Yonatan tidak cepat-cepat
menghindar. Sepanjang menyangkut keselamatan Daud, Yonatan tidak
memikirkan keselamatannya sendiri. Ia sepenuhnya bersedia membela
anak Isai itu di depan siapa pun -- bahkan sampai mati pun.

Kedua orang ini secara total saling berjanji bahwa barang siapa yang
tetap hidup dari keduanya dan berhasil menjadi raja, harus
memelihara keturunan yang lain. Bagaimanapun, Yonatan tidak
ragu-ragu lagi siapa yang akan naik takhta. Sekali waktu di kala
Daud bersembunyi di hutan, anak laki-laki Saul ini mencari
sahabatnya untuk memberi semangat kepadanya dan "menguatkan
tangannya di dalam Tuhan"..

"Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap
engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi
orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui
yang demikian itu." (1 Samuel 23:17)

Yonatan berkata, "Daud, semuanya akan beres. Kau dan aku. Kau yang
akan menjadi raja dan aku akan berdiri sebagai tangan kananmu, tidak
peduli bagaimana jadinya Israel. Tidakkah kau dapat melihatnya?"

Yonatan memiliki impian. Dalam rohnya, ia dapat melihat permulaan
kemuliaan Daud -- sebuah dinasti yang besar dan kekal. Dan Yonatan
tidak mau membiarkan keakuannya atau cita-cita pribadinya
menghalangi mimpi itu menjadi kenyataan. Daud harus naik takhta.
Yonatan dengan senang hati akan menyerahkan haknya dan bersedia
berdiri di sisi raja pilihan Allah itu. Bersedia menjadi yang nomor
dua. Bersedia membiarkan Allah meninggikan siapa yang
dikehendaki- Nya.

Betapa indahnya hal ini jika lebih banyak orang seperti Yonatan
dalam Tubuh Kristus. Persahabatan yang tidak terancam oleh egoistis.
Persahabatan yang tidak takut untuk berjanji. Persahabatan yang
tidak digoyahkan oleh tekanan, kesulitan, atau perubahan keadaan
secara mendadak. Persahabatan yang berbicara dari muka ke muka
atau pun dari sepuluh ribu mil jauhnya.

Bila kita berbicara tentang persahabatan atau "persekutuan" , kita
berbicara mengenai sesuatu yang berbeda dari ikatan persahabatan
yang dinikmati Daud dan Yonatan. Kita menarik garis batas yang tak
kelihatan di dalam persahabatan kita dengan berkata, "Sampai sejauh
ini saja. Saya akan menjadi sahabatmu sejauh itu tidak memerlukan
terlalu banyak pengorbananku. Saya akan menjadi sahabatmu, sejauh
itu tidak melibatkan janji yang terlalu berat. Saya akan menjadi
sahabatmu, sampai jarak, promosi, atau kesibukan memisahkan kita.
Saya akan menjadi sahabatmu sejauh hal itu enak, sejauh hal itu
tidak memalukan atau mengganggu gaya saya, sejauh hal itu
menyenangkan saya. Di luar itu, lupakan saja persahabatan ini."

Kita hidup dalam zaman yang berkata, "Anda hanya hidup satu kali
saja, Sahabat, maka rebutlah apa yang dapat Anda rebut. Carilah
teman, kawinlah dengan seorang istri, bangunlah sebuah rumah tangga
sampai hal itu kelihatannya mulai mengganggu kemajuan Anda,
singkirkan dan hapuskan mereka. Terutama, waspadalah dengan yang
lama berkuasa. Maka manfaatkanlah siapa saja yang dapat diperalat
untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Kemudian bila sudah dicapai
tujuan Anda, bilang saja selamat jalan kepada mereka."

Itulah macamnya dunia di mana kita hidup, sebuah dunia yang congkak
dan sombong di luarnya, tetapi remuk dengan kesepian dan kehausan di
dalamnya. Allah menciptakan di dalam kita kebutuhan akan tanggung
jawab dan jaminan dalam hubungan-hubungan kita; dalam hubungan kita
dengan Allah, dalam hubungan dengan keluarga, dan dalam hubungan
dengan sahabat. Pada titik di mana kita tetap benar terhadap
tanggung jawab dan janji kita, pada titik di mana kita bersedia
mengorbankan kepentingan kita yang terbesar untuk keuntungan hidup
orang lain, pada titik itu kita mendapatkan bahwa kerinduan yang
terdalam digenapi.

Yonatan dan Daud saling berjanji untuk memelihara keturunan
masing-masing seandainya sesuatu terjadi terhadap salah satu dari
mereka. Yonatan dapat berkata, "Daud, jika kau yang mati lebih
dahulu, jangan kuatir tentang keluargamu. Aku akan memelihara
keluargamu seperti keluargaku sendiri. Percayalah." Dan Daud pun
dapat berkata serupa.

Bagaimana dengan Anda? Bagaimana jika "sahabat terbaik" Anda
meninggal hari ini? Apa yang akan Anda lakukan? Mengirim kepada
istrinya sebuah kartu tanda ikut berdukacita seharga Rp. 750?
Mengirim karangan bunga yang akan layu dalam tempo tiga hari?
Singgah di rumahnya selama lima menit setiap enam bulan untuk
memberikan perhatian? Apakah artinya persahabatan itu bagi Anda?
Saya kuatir banyak di antara kita yang berkobar-kobar bila tiba
saatnya mengasihi dengan "kata-kata" saja, tetapi cepat bersembunyi
di balik pintu bila tiba saatnya mengasihi dengan "perbuatan dan
dalam kebenaran".

Betapa mulusnya kata-kata meluncur keluar dari mulut kita, "Saya
mengasihimu, Saudara. Saya mengasihimu, Saudari."; "Saya akan berdoa
bagimu."; "Saya senang dengan persekutuan dengan Anda." Sungguh?
Periksalah perkataan Anda mengenai "kasih dan janji" dengan sangat
hati-hati. Allah demikian. Suatu hari kita akan berdiri di depan
takhta Tuhan kita Yesus Kristus untuk "memertanggungjawab kan setiap
kata yang sia-sia" yang telah kita ucapkan (Matius 12:36).

Anda Adalah Sahabat Macam Apa?

Kerja Sama Persahabatan

Selama rangkaian pelayanan penginjilan ke seluruh dunia, saya
mendapat hak istimewa untuk bekerja dengan sekelompok orang. Kami
adalah orang-orang berdosa yang diselamatkan oleh anugerah Allah,
tetapi kami masih hidup bagi satu sama lain dan berdoa bagi satu
sama lain juga.

Sebagian dari anggota tim penginjilan kami tinggal sepuluh ribu mil
jauhnya di Argentina. Sebagian lagi di Meksiko, sebagian di
Guatemala, sebagian di Ekuador, dan yang lain di Chili. Tetapi bila
kami bertemu, kami saling merangkul dan senang bekerja sama
seolah-olah hanya dipisahkan beberapa minggu saja.

Sungguh indah bila sekelompok orang dapat bekerja sama seperti itu.
Saya memunyai sahabat-sahabat yang tidak pernah saya jumpai selama
berbulan-bulan, tetapi pada saat bertemu kembali, seolah-olah kami
baru berpisah hari Selasa yang lalu. Ada suatu rasa dekat yang
cepat. Daud dan Yonatan memunyai persahabatan semacam itu. Dan Anda
tahu, jika kita lebih menyerupai Yesus Kristus, dikuasai oleh
Roh-Nya yang tinggal di dalam kita, kita akan lebih seperti itu
kepada lebih banyak orang. Tidak terbatas pada satu atau dua orang,
melainkan dapat merangkul lebih banyak orang.

Meskipun Anda tidak dapat dekat dengan setiap orang karena waktu
tidak mengizinkan, tetapi Anda dapat memunyai sikap yang hangat,
mengasihi, dan baik budi. Saya ingin sekali menjadi orang seperti
itu. Tuhan Yesus dapat menjadikan kita orang semacam itu karena Ia
tinggal dalam kita (sebagai orang-orang percaya) dan Ia adalah
sahabat yang sempurna.

Amsal 18:24 menyatakan, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan,
tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara."
Sepanjang zaman, pengikut-pengikut sejati Yesus mengalami bahwa
Yesus adalah Sahabat yang lebih karib daripada saudara. Apakah Anda
sudah mengenal-Nya sebagai Sahabat Anda?

Beberapa tahun yang lalu, majalah Decision menulis sebuah cerita
mengenai dua orang misionaris laki-laki di Afrika sewaktu ada
pemberontakan Simba. Pada waktu itu, warga negara Amerika yang ada
di sana dijadikan sasaran kematian. Salah satu dari kedua misionaris
itu adalah seorang Inggris, yang jika mau, dengan mudah ia dapat
meloloskan diri dari serangan orang banyak dengan menunjukkan paspor
Inggrisnya. Tetapi sebaliknya, ia memilih untuk melindungi
misionaris Amerika yang menjadi sahabatnya dan sedang diancam maut
itu. Orang Inggris itu menyembunyikan paspornya dan berhasil berlaku
sebagai orang Amerika. Ketika orang-orang Simba datang untuk memukul
orang Amerika yang asli itu sampai mati, orang Inggris tadi
melemparkan dirinya ke atas temannya dan mati terbunuh.

Persahabatan, ini lebih daripada sekadar perasaan saja. Ini lebih
daripada sekadar tukar-menukar kartu Natal belaka. Yesus berkata,
"Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. " (Yohanes 15: 13).
Apakah Anda merupakan orang semacam itu? Ini hanya dapat terjadi
oleh karena Kristus.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Hati yang Berkenan kepada Allah
Penulis: Luis Palau
Penerbit: YAKIN, Surabaya 1981
Halaman: 105 -- 116

No comments: